Jumat, 02 September 2011

DARI JAMBUDWIPA KE JAWADWIPA:AWAL DIENG AJISAKA

Melihat panorama Dataran Tinggi Dieng sekarang,adalah laksana melihat lintasan waktu yang begitu panjang dan melelahkan.Di dalam lintasan panjang waktu itu dibayangkan berbagai soal dan peristiwa telah berlangsung di dalamnya.Sebuah soal dan peristiwa yang ujungnya membentuk wajah sejarah dan mentalitas manusia-manusia penghuninya.Setidaknya,kita dapat memperkirakan bahwa Dataran Tinggi Dieng dan sekitarnya,meski waktu itu (mungkin) telah dijelajahi manusia sejak 2000 tahun atau lebih yang lalu.Ketika orang-orang Keling(India) yang disimbolkan dalam diri Sang Hyang Jagadnata;sosok dewa,sekaligus diidentifikasi sebagai figur seorang brahmin;penguasa daerah (kerajaan) sekitar Jambudwipa (Himalaya) yang karena satu dan lain hal dimungkinkan karena serbuan para pengembara Hun dari padang rumput Eurasia serta sebaran pengaruh Helenisasi dari Yunani dan Romawi,utamanya pengelanaan Iskandar Zulkarnain (Alexander the Great),yang notabene hingga sampai ke celah Kaibar,memindahkan kekuasaannya ke Pulau Jawa.Yang disebut-sebut pertama dan utamanya di Pegunungan (Dataran Tinggi) Dieng.Dan sejak itu menjadikan Dieng sebagai pingkalingganing buwana (poros dunia) sebagaimana ungkapan Lombard (Dennys Lombard,Nusa Jawa;Silang Budaya 3:Jakarta Gramedia Pustaka Utama,1996,hlm.5.)

Tokoh Sang Hyang Jagadnata,berikut menyusul tokoh Ajisaka yang notabene merupakan keturunannya,orang yang diidentifikasi sebagai tokoh yang memperkenalkan aksara/tulisan,yang kemudian dikenal sebagai huruf Jawa,berikut menyusul adanya tertib peradaban kepada penduduk pribumi Jawa,keduanya diidentifikasi dan serta menjadi justifikasi historis-yuridis-preskriptif dan paradigmatik akan nilai-nilai simbolik terjadinya migrasi besar-besaran orang Keling dan sekitarnya.Bahkan dimungkinkan juga dari Romawi (Brusah dan Nadjran,yang berada di Turki Asia dimana waktu itu berada di dalam cengkraman dan pengaruh peradaban orang-orang Romawi dan Yunani/Helenis,yang terjadi pada masa sebelum hingga awal-awal abad pertama Masehi).

Di luar itu,dalam cerita Serat Niti Sastra Kawi,Serat Paramyoga,dan Serat Pustaka Raja Purwa,yang disesuaikan dengan Serat Juz Al Gubet serta Serat Miladuniren yang beredar di Turki Asia waktu itu,kita mendapatkan informasi bahwa ketika pertama-tama Ajisaka datang ke Jawa,ia terlebih dahulu memilih untuk bertapa di Pegunungan Dieng (Ardi Hyang),yang sebelumnya telah diurabi (diberkahi) Sang Hyang Jagadnata,sebagai pingkalingganing buwana.

Lahirnya wangsa-wangsa Jawa awal muncul di daerah sekitar Dieng,yaitu kerajaan Kalingga yang dengan tokoh legendaris ratu Sima,kemudian selanjutnya disusul munculnya dinasti Sanjaya-Syailendra (kerajaan Mataram Kuno) yang menggantikan kerajaan Kalingga.Komplek percandian Dieng adalah sumber dan bukti historis kebesaran Wangsa Jawa.Banyak kebudayaan dan seni sastra berbahasa kawi dimulai dari Dataran Tinggi Dieng, tentang seni arsitek bangunan dan percandian banyak dikupas di dalam kitab Vaastu Shastra Jawa(ilmu pengetahuan semesta yg mendasari banyak kitab babon Primbon Jawa yg lebih tua ketimbang fengshui),ajaran moral dan tuntunan hidup kitab Baghavad Gita Jawa,satmata jati dll.Dalam hal seni,pewayangan adalah terlahir dari karya seorang pujangga kerajaan di Dataran Tinggi Dieng yg masih menggunakan bentuk dan bahan sederhana berupa kayu,hasilnya adalah wayang kayu/wayang blabak yg pada masa perkembangan berikutnya menjadi wayang kulit di Banyumasan yg kemudian digubah Sunan Kalijaga ketika masa Majapahit-Demak.Perlu ditegaskan bahwa seni pewayangan bukanlah hasil karya Kanjeng Sunan Kalijaga,kanjeng Sunan hanya mengubah,menambah,mengurangi dan membuatnya begitu menarik sebagai media dakwah agar cerita Jawa dan kebesaran wangsa Jawa tetap lestari sehingga karya leluhur Jawa tidak hilang dinegerinya sendiri.Pakem dan nama-nama tokoh pewayangannya pun tidak banyak yang berbeda,hanya ditambahkan nama-nama tokoh wayang tertentu untuk menjelaskan hal-hal paling sulit dipahami didalam cerita lakon pewayangan masa kuno.

Karya-karya sastra yang lahir dimasa kerajaan Majapahit sepenuhnya mengadopsi dari ajaran-ajaran yang muncul di Dataran Tinggi Dieng yg kemudian membaur dengan ajaran lain yang lebih kompleks,maka disatu sisi kerajaan Majapahit muncullah hindu jawa(kumpulan kebenaran di Jawa) yang banyak kitab sastra berbahasa kawi dituliskan para pujangga Majapahit karena bahasa kawi adalah bahasa resmi pemerintahan waktu itu.Raja Udayana-Bali yang telah berinteraksi dengan Majapahit,selama pemerintahannya menggunakan bahasa kawi dan banyak mengumpulkan karya sastra dalam tulisan kawi Majapahit yang pada akhirnya disebarluaskan di pulau Bali,bahasa Bali asli ketika itu mengalami kemunduran-kemunduran.Namun Bali berupaya mempertahankan keaslian ajaran dari Jawa dan seni,sastra serta ajaran mulia yg tidak tercampur dengan kebudayaan lain yang datang sehingga memiliki ciri khas berbeda dengan Jawa sesudahnya.Dari sisi inilah muncul hindu Bali dan pada masa berikutnya terus berkembang dengan corak ke-Bali-an.

Peradaban Dieng berikut dengan candi-candinya dimata Jawa-Bali dan nusantara pada umumnya adalah menempati posisi 'paling tua',dan itu telah diakui oleh para ahli arkeologi,sejarawan-budayawan,serta rohaniawan di nusantara.Hanya saja bilamana Dataran Tinggi Dieng,belakangan ini terus mengalami banyak kemunduran dan kurang mendapatkan perhatian di generasi jaman modern ini,ada banyak faktor penyebabnya.Tidak dipahami dan mengertinya peranan penting Dieng dimasa lalu dalam konteks sejarah terutama kalangan muda dan masyarakat Dataran Tinggi Dieng yang tinggal di dalamnya,serta kurangnya perhatian pemerintahan terutama sekali saat ini Dataran Tinggi Dieng dibawah dua wilayah kabupaten yaitu Wonosobo dan Banjarnegara.

Sejak beberapa puluh tahun yang lalu Dataran Tinggi Dieng 'diperkenalkan kembali' ke ranah nasional dan dunia internasional dengan beragam topik dan ulasan tema,melalui banyaknya buku-buku sejarah dll,juga peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.Dilain pihak oleh para generasi muda terutama yang tinggal di Dataran Tinggi Dieng telah membentuk organisasi peduli Dieng,pecinta alam,penyelamatan lingkungan dll,yang pada akhirnya pun menggugah berbagai pihak yang memiliki kepedulian akan Dataran Tinggi Dieng.Munculnya internet pada akhirnya dimanfaatkan untuk memperkenalkan Dieng ke penjuru dunia.Hadirnya website-website maupun blog oleh pemerintah maupun masyarakat peduli Dieng adalah dalam rangka mewujudkan kemajuan diberbagai bidang yang menyangkut peranan Dieng masa lalu,masa kini dan masa yang akan datang.Jika ditanya Dataran Tinggi Dieng tanggungjawab siapa?Jawabnya adalah tanggungjawab kita semua.

Melalui media halaman blog ini,kami akan berbagi dengan Anda tentang peninggalan-peninggalan peradaban,ilmu pengetahuan kuno yang berhasil kami kumpulkan dari para pendahulu Dataran Tinggi Dieng.Sepenuhnya didedikasikan untuk ilmu pengetahuan,kemanusiaan dan kaitannya dengan perkembangan spiritual untuk generasi yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar